Banyak orang tidak menyadari telah terkena masalah kelainan tulang belakang skoliosis. Mereka yang pernah merasakan sakit atau nyeri pada persendian leher, punggung dan pinggangnya, biasanya mengganggap hal tersebut hanyalah masalah sepele akibat kelelahan. Padahal, skoliosis telah mengancam kenyamanan hidupnya. Faktanya, jumlah penderita skoliosis telah mencapai 2 persen dari jumlah populasi manusia, dan resiko terkenanya terus meningkat sebanyak 20 persen.
Bagi para kaum Hawa, harus lebih waspada dalam menghadapi skoliosis ini. Pasalnya, perempuan ternyata memiliki resiko yang lebih untuk terkena skoliosis dibandingkan dengan kaum Adam. Menurut salah satu penelitian, alasannya karena tulang belakang perempuan lebih lentur daripada pria yang memiliki tulang belakang lebih tebal. Bahkan, menurut sebuah laporan disebutkan jumlah penderita skoliosis perempuan sekitar dua kali lebih banyak dibandingkan dengan penderita pria.
Selain itu, kasus skoliosis juga banyak ditemukan pada anak-anak, meskipun orang tua juga memiliki resiko yang besar terkena masalah kelainan tulang belakang ini. Umumnya, skoliosis memang mulai terjadi sejak usia muda sekitar 10-11 tahun. Dari sebuah data hasil penelitian, diketahui sekitar 4 persen dari seluruh anak-anak yang berumur 10-14 tahun mengalami skoliosis, dimana 40-60 persen di antaranya adalah anak perempuan. Prevalensinya pun mencapai 0,5-3 per 100 anak dan remaja.
Pada kasus skoliosis yang menyerang anak-anak ini, yang terjadi adalah jenis skoliosis kongenital yang merupakan tipe skoliosis bawaan dari lahir. Kebanyakan penderita skoliosis ini biasanya juga berhubungan dengan sejumlah penyakit lainnya, meskipun kondisi tersebut tidak selalu terjadi. Karena, pada sebagian kecil kasus skoliosis juga disebabkan oleh gaya hidup atau kebiasaan yang tidak baik. Dengan mengetahui lebih jauh tentang skoliosis ini, tentunya kita bisa lebih waspada.